Rabu, 15 Agustus 2012

Makalah Masa Pubertas


BAB I
PENDAHULUAN
 1.1      Latar belakang
Secara biologis, manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dimana kematangan seks dicapai selama masa adolesen ini, dan daya tarik seks menjadi suatu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan individu, serta dalam hubungan social yang dipengaruhi oleh kematangan fisik yang telah dicapai. Dan gadis fisiknya lebih lemah dibandingkan dengan fisik pemuda, dimana gadis memperoleh kekuatan yang lain disamping ia kehilngan kekuatan lainnya. Dan penampilan gadis menjadi lebih menarik dilihat oleh pria.
Pada perkembangan remaja yang disertai oleh perkembangan fisik dan seksual, dengan laju pertumbuhan pada tubuh gadis melebihi kecepatan pertumbuhan tubuh pemuda. Bila usia gadis mencapai 15 tahun sampai 16 tahun, ia telah mencapai bentuk akhir tubuhnya, sedangkan tubuh pemuda masih terus berkembang sampai ia mencapai usia 18 tahun.
Bila kita tinjau dari kekuatan fisik, remaja yang mencapai usia 18 tahun dianggap cukup kuat untuk mempersiapkan dirinya memperoleh lapangan pekerjaan. Dan bila kita tinjau dari perkembangan biologis, remaja sudah mencapai kematangan seks, dimana kematangan seks yang normal ditandai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis kelaminnya. Dimana ketertarikan merupakan suatu dasar yang menjadi pemikiran ke arah perkawinan.


1.2       Rumusan masalah
 Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan berdasarkan hasil survey awal yang didapatkan peneliti masih banyak siswi yang mengalami gangguan konsep diri terhadap perubahan bentuk tubuh yang dialami remaja putri pada masa pubertas, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.
1.3       Tujuan penulisan
Untuk mengidentifikasi hubungan antara konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas
1.4       sistematika penulisan
            Adapun sistematika penulisan dalam laporan penelitian ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan dukungan sosial, keluarga inti, sikap, remaja puber, dan early-maturation.
BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variable penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data,
instrumen atau alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.[1]. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur perkembangan seks wanita
2.2       Ciri pubertas
Seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai berubah, tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia 10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun ke atas[3]. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah melakukan hubungan seks
2.3       Penyebab munculnya pubertas
Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain, pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh mengalami perubahan.
Hormon seks yang memengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesteron yang diproduksi di indung telur, sedangkan pada laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron. Hormon-hormon tersebut ada di dalam darah dan memengaruhi alat-alat dalam tubuh sehingga terjadilah beberapa pertumbuhan
2.4           Penyebab perubahan pubertas
Peran Kelenjar Pituitary – Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber secara bertahap jumlah hormon gonadotrofik semakin bertambah dan kepekaan gonad terhadap hormon gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga semakin bertambah, dalam keadaan demikian perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.
Peran Gonad- Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu ciri-ciri seks primer : bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri seks sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad – Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan, interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang wanita mendekati menopause dan pria mendekati climacteric.
Tugas paling sulit yang sering dihadapi oleh orang tua dalam membesarkan anak adalah pada saat anak berangkat dewasa ( usia remaja / belasan tahun ). Di satu sisi anak masih berada dalam dunia kanak-kanaknya tetapi di sisi lainnya ia mulai masuk ke alam kedewasaan. Suasana peralihan seperti ini sering membingungkan para orang tua karena berubahnya sikap anak. Ia bukan anak kecil yang dapat “dikendalikan” oleh orang tuanya malah kadang cenderung untuk melawan setiap pendapat orang tuanya. Keluhan-keluhan dari orang tua seperti ini, “Aduh, Bobi membuat saya hampir gila”, “Saya khawatir dia akan jadi apa nantinya?”, sering kali terdengar.
Dua issue utama pada remaja yang terkait dengan perkembangan adalah masalah individu dan seksualitas. Umumnya para remaja mulai “menarik diri” dari banyak nilai-nilai ( values) yang selama ini didapatkannya. Pada tahun-tahun “rawan” ini para remaja malah mengambil nilai-nilai dari peer groupnya ( kelompok ) dan budaya pop yang melingkar disekitar hidupnya. Ia mulai enggan untuk bergabung dengan acara-acara keluarga dan malah lebih sering bergabung dengan teman-temannya. Ia malah bertanya, “Apa saya harus ikut?” yang sering membuat orang tua sebal.
Dalam hal seksualitas, para remaja sering menerima pesan-pesan yang beragam. Dari orang tuanya atau Agamawan ia menerima satu pesan, tetapi di lain pihak ia menerima pesan dari berbagai media seperti tv, film, teman sekelompoknya dll. Untuk itu resep jitu bagi orang tua adalah mau terbuka terhadap anak remajanya agar ia dapat menyerap pesan yang baik dan jika ia bingung ia hanya berpaling kepada orang tuanya. Bagi kita orang Indonesia, pesan-pesan relijius dan moral dapat mencegah anak menyalah artikan pesan-pesan yang berhubungan dengan masalah seksualitas tersebut. Misalnya berbagai film di tv, terutama film-film seri remaja dari luar, disitu digambarkan bahwa berhubungan intim sebelum menikah adalah sah-sah saja. Disinilah tugas orang tua untuk menyiapkan dan melatih daya serap anaknya sedini mungkin. Jika sejak awal anak diberi pengertian yang memadai baik dari aspek rohani maupun kesehatan mungkin ia akan terhindari dari pengaruh negatif. Walaupun bukan tak mungkin lingkungan di luar rumah juga dapat mempengaruhinya. Meskipun begitu bukan berarti acara-acara televisi seperti itu tidak boleh ditonton sama sekali. Ambil segi positifnya seperti pesan tentang kesetiakawanan, gotong royong, kasih sayang dll.
Meskipun dikatakan bahwa masa remaja adalah “masa-masa penuh chaos” tetapi umunya para remaja dapat melewati fase ini dengan selamat. Meskipun begitu ada beberapa perilaku yang membutuhkan perhatian orang tua seperti : nilai pelajaran yang menurun, menarik diri dari pergaulan, gangguan pola makan dan yang berbahaya adalah penyalah gunaan obat-obatan dan alkohol. Untuk kedua hal ini orang tua harus menerapkan “zero tolerancy policy” ( tiada toleransi ). Konsep egaliterisme memang menempatkan manusia sederajat tetapi bukan berarti orang tua dan anaknya selalu sederajat. Mereka sederajat dalam pengertian sebagai umat manusia tetapi dalam bidang otoritas orang tua tentu tidak sama dengan anaknya. Ini yang harus disadari oleh orang tua walaupun bukan berarti orang tua harus menjadi otoriter. Orang tua mempunyai aturan-aturan, keputusan-keputusan dimana sang anak harus menghormatinya. Jika anak remaja dan anda terlibat konflik sehubungan dengan keputusan dan aturan yang anda buat yakinkan bahwa anda tidak setuju tanpa harus menjadi tidak dihormati oleh anak anda. Jika anak remaja anda makin kurang ajar, akhiri diskusi dengan mengatakan, “Bapak / Ibu tidak menganggap kamu secara tidak hormat tetapi bapak / ibu tidak mau kamu tidak menghormati kami. Diskusi ini selesai sampai kamu dapat menghormati kami dan berpikir secara jernih!” Sikap tegas dari orang tua dapat mengajarkan anak remaja anda untuk lebih menghormati orang tuanya selain menerapkan aturan dan keputusan orang tuanya tersebut. Karena itu sikap tegas orang tua memang diperlukan untuk menjadikan pribadi anak remaja mereka lebih dewasa dan tidak salah melangkah di alam kedewasaan.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa masa pubertas adalah Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.[1]. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur perkembangan seks wanita
3.2       saran
1. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, para pembaca bisa memberikan kritik dan sarannya, guna untuk kesempurnaan makalah ini.
2. Semoga dengan kita membaca makalah ini , kita dapat mengambil manfaat dan ilmu pengetahuan dari makalah ini guna untuk kehidupan yang lebih baik bagi kita semua.



Kata pengantar

Alhamdulillah hirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” masa pubertas di kalangan remaja”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu guru bahasa indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, serta kedua orang tua, keluarga besar penulis, dan rekan-rekan semua yang selalu berdoa dan memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khusunya

Sumedang,  februari 2012
Penyusun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar