BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Secara biologis, manusia terbagi atas
dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dimana kematangan seks dicapai selama
masa adolesen ini, dan daya tarik seks menjadi suatu kebutuhan yang dominan
dalam kehidupan individu, serta dalam hubungan social yang dipengaruhi oleh
kematangan fisik yang telah dicapai. Dan gadis fisiknya lebih lemah
dibandingkan dengan fisik pemuda, dimana gadis memperoleh kekuatan yang lain
disamping ia kehilngan kekuatan lainnya. Dan penampilan gadis menjadi lebih
menarik dilihat oleh pria.
Pada perkembangan remaja yang disertai
oleh perkembangan fisik dan seksual, dengan laju pertumbuhan pada tubuh gadis
melebihi kecepatan pertumbuhan tubuh pemuda. Bila usia gadis mencapai 15 tahun
sampai 16 tahun, ia telah mencapai bentuk akhir tubuhnya, sedangkan tubuh
pemuda masih terus berkembang sampai ia mencapai usia 18 tahun.
Bila kita tinjau dari kekuatan fisik,
remaja yang mencapai usia 18 tahun dianggap cukup kuat untuk mempersiapkan
dirinya memperoleh lapangan pekerjaan. Dan bila kita tinjau dari perkembangan
biologis, remaja sudah mencapai kematangan seks, dimana kematangan seks yang
normal ditandai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis kelaminnya. Dimana
ketertarikan merupakan suatu dasar yang menjadi pemikiran ke arah perkawinan.
1.2 Rumusan
masalah
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti-peneliti terdahulu dan berdasarkan hasil survey awal yang
didapatkan peneliti masih banyak siswi yang mengalami gangguan konsep diri
terhadap perubahan bentuk tubuh yang dialami remaja putri pada masa pubertas,
maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa
pubertas.
1.3 Tujuan
penulisan
Untuk mengidentifikasi hubungan antara
konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas
1.4 sistematika
penulisan
Adapun
sistematika penulisan dalam laporan penelitian ini adalah:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar
belakang masalah penelitian,pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang
menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori
yang berhubungan dengan dukungan sosial, keluarga inti, sikap, remaja puber,
dan early-maturation.
BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini
menjelaskan mengenai identifikasi variable penelitian, populasi dan sampel
penelitian, metode pengumpulan data,
instrumen atau alat ukur yang digunakan,
validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan
kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir
lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai
dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai
dengan mimpi basah.[1]. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini
ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan
hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur
perkembangan seks wanita
2.2 Ciri pubertas
Seorang anak akan menunjukkan
tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai berubah, tumbuhnya
rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk
seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul
pada usia 10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat,
yaitu pada usia 11 tahun ke atas[3]. Perubahan
fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan
seks. Pemuasan dorongan
seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan
pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an,
aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan
bahwa hampir 50 persen remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19
melaporkan telah melakukan hubungan seks
2.3 Penyebab munculnya pubertas
Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang
dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon
tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki masa pubertas sehingga mulai
muncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat
membedakan antara perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain, pubertas terjadi
karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi
dan tubuh mengalami perubahan.
Hormon seks yang memengaruhi perempuan
adalah estrogen dan progesteron yang diproduksi
di indung telur, sedangkan pada
laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron. Hormon-hormon
tersebut ada di dalam darah dan memengaruhi
alat-alat dalam tubuh sehingga terjadilah beberapa pertumbuhan
2.4
Penyebab perubahan pubertas
Peran Kelenjar Pituitary – Kelenjar
pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu hormon pertumbuhan yang berpengaruh
dalam menentukan besarnya individu, dan hormon gonadotrofik yang merangsang
gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber secara bertahap jumlah
hormon gonadotrofik semakin bertambah dan kepekaan gonad terhadap hormon
gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga semakin bertambah, dalam keadaan
demikian perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.
Peran Gonad- Dengan pertumbuhan dan
perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu ciri-ciri seks primer :
bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri seks sekunder,
seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad –
Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang telah dirangsang oleh hormon
gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya bereaksi
terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan jumlah
hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan,
interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang
kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang wanita
mendekati menopause dan pria mendekati climacteric.
Tugas paling sulit yang sering dihadapi
oleh orang tua dalam membesarkan anak adalah pada saat anak berangkat dewasa (
usia remaja / belasan tahun ). Di satu sisi anak masih berada dalam dunia
kanak-kanaknya tetapi di sisi lainnya ia mulai masuk ke alam kedewasaan.
Suasana peralihan seperti ini sering membingungkan para orang tua karena
berubahnya sikap anak. Ia bukan anak kecil yang dapat “dikendalikan” oleh orang
tuanya malah kadang cenderung untuk melawan setiap pendapat orang tuanya.
Keluhan-keluhan dari orang tua seperti ini, “Aduh, Bobi membuat saya hampir
gila”, “Saya khawatir dia akan jadi apa nantinya?”, sering kali terdengar.
Dua issue utama pada remaja yang terkait
dengan perkembangan adalah masalah individu dan seksualitas. Umumnya para
remaja mulai “menarik diri” dari banyak nilai-nilai ( values) yang selama ini
didapatkannya. Pada tahun-tahun “rawan” ini para remaja malah mengambil
nilai-nilai dari peer groupnya ( kelompok ) dan budaya pop yang melingkar
disekitar hidupnya. Ia mulai enggan untuk bergabung dengan acara-acara keluarga
dan malah lebih sering bergabung dengan teman-temannya. Ia malah bertanya, “Apa
saya harus ikut?” yang sering membuat orang tua sebal.
Dalam hal seksualitas, para remaja
sering menerima pesan-pesan yang beragam. Dari orang tuanya atau Agamawan ia
menerima satu pesan, tetapi di lain pihak ia menerima pesan dari berbagai media
seperti tv, film, teman sekelompoknya dll. Untuk itu resep jitu bagi orang tua
adalah mau terbuka terhadap anak remajanya agar ia dapat menyerap pesan yang
baik dan jika ia bingung ia hanya berpaling kepada orang tuanya. Bagi kita
orang Indonesia, pesan-pesan relijius dan moral dapat mencegah anak menyalah
artikan pesan-pesan yang berhubungan dengan masalah seksualitas tersebut.
Misalnya berbagai film di tv, terutama film-film seri remaja dari luar, disitu
digambarkan bahwa berhubungan intim sebelum menikah adalah sah-sah saja.
Disinilah tugas orang tua untuk menyiapkan dan melatih daya serap anaknya
sedini mungkin. Jika sejak awal anak diberi pengertian yang memadai baik dari
aspek rohani maupun kesehatan mungkin ia akan terhindari dari pengaruh negatif.
Walaupun bukan tak mungkin lingkungan di luar rumah juga dapat mempengaruhinya.
Meskipun begitu bukan berarti acara-acara televisi seperti itu tidak boleh
ditonton sama sekali. Ambil segi positifnya seperti pesan tentang kesetiakawanan,
gotong royong, kasih sayang dll.
Meskipun dikatakan bahwa masa remaja
adalah “masa-masa penuh chaos” tetapi umunya para remaja dapat melewati fase
ini dengan selamat. Meskipun begitu ada beberapa perilaku yang membutuhkan perhatian orang tua seperti : nilai
pelajaran yang menurun, menarik diri dari pergaulan, gangguan pola makan dan
yang berbahaya adalah penyalah gunaan obat-obatan dan alkohol. Untuk kedua hal
ini orang tua harus menerapkan “zero tolerancy policy” ( tiada toleransi ).
Konsep egaliterisme memang menempatkan manusia sederajat tetapi bukan berarti
orang tua dan anaknya selalu sederajat. Mereka sederajat dalam pengertian
sebagai umat manusia tetapi dalam bidang otoritas orang tua tentu tidak sama
dengan anaknya. Ini yang harus disadari oleh orang tua walaupun bukan berarti
orang tua harus menjadi otoriter. Orang tua mempunyai aturan-aturan,
keputusan-keputusan dimana sang anak harus menghormatinya. Jika anak remaja dan
anda terlibat konflik sehubungan dengan keputusan dan aturan yang anda buat
yakinkan bahwa anda tidak setuju tanpa harus menjadi tidak dihormati oleh anak
anda. Jika anak remaja anda makin kurang ajar, akhiri diskusi dengan
mengatakan, “Bapak / Ibu tidak menganggap kamu secara tidak hormat tetapi bapak
/ ibu tidak mau kamu tidak menghormati kami. Diskusi ini selesai sampai kamu
dapat menghormati kami dan berpikir secara jernih!” Sikap tegas dari orang tua
dapat mengajarkan anak remaja anda untuk lebih menghormati orang tuanya selain
menerapkan aturan dan keputusan orang tuanya tersebut. Karena itu sikap tegas
orang tua memang diperlukan untuk menjadikan pribadi anak remaja mereka lebih
dewasa dan tidak salah melangkah di alam kedewasaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa masa
pubertas adalah Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami
perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan
kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir
lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai
dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.[1]. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini
ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan
hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur
perkembangan seks wanita
3.2 saran
1. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam makalah ini, para pembaca bisa memberikan kritik dan sarannya, guna untuk
kesempurnaan makalah ini.
2. Semoga dengan kita membaca makalah ini , kita dapat mengambil manfaat dan ilmu pengetahuan dari makalah ini guna untuk kehidupan yang lebih baik bagi kita semua.
2. Semoga dengan kita membaca makalah ini , kita dapat mengambil manfaat dan ilmu pengetahuan dari makalah ini guna untuk kehidupan yang lebih baik bagi kita semua.
Kata pengantar
Alhamdulillah hirobbilalamin, segala
puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ” masa pubertas di kalangan remaja”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada ibu guru bahasa indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, serta kedua orang tua,
keluarga besar penulis, dan rekan-rekan semua yang selalu berdoa dan memberikan
motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khusunya
Sumedang, februari 2012
Penyusun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar