Dongeng Seorang Raja dan Nelayan
Kerajaan yang dialiri oleh sungai Tigris dan
Euphrates pernah di perintah oleh seorang raja yang sangat gemar dan menyukai
ikan.
Suatu hari dia duduk bersama Sherem, sang Ratu,
di taman istana yang berhadapan langsung dengan tepi sungai Tigris, yang pada
saat itu terentang jajaran perahu yang indah; dan dengan pandangan yang penuh
selidik pada perahu-perahu yang meluncur, dimana pada satu perahu duduk seorang
nelayan yang mempunyai tangkapan ikan yang besar.
Menyadari bahwa sang Raja mengamatinya, dan
tahu bahwa sang Raja ini sangat menggemari ikan tertentu, nelayan tersebut
memberi hormat pada sang Raja dan dengan ahlinya membawa perahunya ketepian,
datang dan berlutut pada sang Raja dan memohon agar sang Raja mau menerima ikan
tersebut sebagai hadiah. Sang Raja sangat senang dengan hal ini, dan
memerintahkan agar sejumlah besar uang diberikan kepada nelayan tersebut.
Tetapi sebelum nelayan tersebut meninggalkan
taman istana, Ratu berputar menghadap sang Raja dan berkata: “Kamu telah
melakukan sesuatu yang bodoh.” Sang Raja terkejut mendengar Ratu berkata
demikian dan bertanya bagaimana bisa. Sang Ratu membalas:
“Berita bahwa kamu memberikan sejumlah besar
hadiah untuk hadiah yang begitu kecil akan cepat menyebar ke seluruh kerajaan
dan akan dikenal sebagai hadiah nelayan. Semua nelayan yang mungkin berhasil
menangkap ikan yang besar akan membawanya ke istana, dan apabila mereka tidak
dibayar sebesar nelayan yang pertama, mereka akan pergi dengan rasa tidak puas,
dan dengan diam-diam akan berbicara jelek tentang kamu diantara
teman-temannya.”
“Kamu berkata benar, dan ini membuka mata
saya,” kata sang Raja, “tetapi tidakkah kamu melihat apa artinya menjadi Raja,
apabila untuk alasan tersebut dia menarik kembali hadiah yang telah diberikan?”
Kemudian setelah merasa bahwa sang Ratu siap untuk membantah hal itu, dia
membalikkan badan dengan marah dan berkata “Hal ini sudah selesai dan tidak
usah dibicarakan lagi.”
Bagaimanapun juga, dihari berikutnya, ketika
pikiran sang Raja sedang senang, Ratu menghampirinya dan berkata bahwa jika
dengan alasan itu sang Raja tidak dapat menarik kembali hadiah yang telah
diberikan, dia sendiri yang akan mengaturnya. “Kamu harus memanggil nelayan itu
kembali,” katanya, “dan kemudian tanyakan, ‘Apakah ikan ini jantan atau
betina?’ Jika dia berkata jantan, lalu kamu katankan bahwa yang kamu inginkan
adalah ikan betina, tetapi bila nelayan tersebut berkata bahwa ikan tersebut
betina, kamu akan membalasnya dengan mengatakan bahwa kamu menginginkan ikan
jantan. Dengan cara ini hal tersebut dapat kita sesuaikan dengan baik.”
Raja berpendapat bahwa ini adalah jalan yang
terbaik untuk keluar dari kesulitan, dan memerintahkan agar nelayan tadi dibawa
ke hadapannya. Ketika nelayan tersebut, yang ternyata adalah orang yang sangat
pandai, berlutut di hadapan raja, sang Raja berkata kepadanya: “Hai nelayan,
katakan padaku, ikan yang kamu bawa kemarin adalah jantan atau betina?”
Nelayan tersebut menjawab, “Ikan tersebut bukan
jantan dan bukan betina.” Saat itu sang Raja tersenyum mendengar jawaban yang
sangat cerdik, dan untuk menambah kejengkelan sang Rau, memerintahkan bendahara
istana untuk memberikan sejumlah uang yang lebih banyak kepada nelayan
tersebut.
Kemudian nelayan itu menyimpan uang tersebut
dalam kantong kulitnya, berterima kasih kepada Raja, dan memanggul kantong
tersebut diatas bahunya, bergegas pergi, tetapi tidak lama kemudian, dia
menyadari bahwa dia telah menjatuhkan satu koin kecil. Dengan menaruh kantong
tersebut kembali ke tanah, dia membungkuk dan memungut koin itu dan kembali
melanjutkan perjalanannya, diikuti dengan pandangan mata Raja dan Ratu yang
mengawasi semua tindakannya.
“Lihat! betapa pelitnya dia!” kata Sherem, sang
Ratu, dengan bangga atas kemenangannya. “Dia benar-benar menurunkan kantongnya
hanya untuk memungut satu buah koin kecil karena mungkin dia akan sangat merasa
kehilangan hanya dengan berpikir bahwa koin tersebut akan diambil oleh salah
seorang pelayan Raja, atau seseorang yang lebih miskin, yang membutuhkannya
untuk membeli sebuah roti dan yang memohon agar raja dikaruniai umur panjang.”
“Sekali lagi kamu berbicara benar,” balas sang
Raja, merasakan kebenaran dari komentar Ratu; dan sekali lagi nelayan tersebut
dibawa untuk menghadap ke istana. “Apakah kamu ini manusia atau binatang buas?”
Raja bertanya kepadanya. “Walaupun kamu mungkin sudah kaya tanpa harus bekerja
keras lagi, tetapi sifat pelit dalam dirimu tidak membiarkan kamu untuk
meninggalkan satu koin kecil untuk orang lain.” Lalu sang Raja memerintahkan
nelayan tersebut untuk pergi dan tidak menampakkan lagi wajahnya di dalam kota
kerajaannya.
Saat itu nelayan tersebut berlutut pada kedua
kakinya dan menangis: “Dengarkanlah hamba, Oh sang Raja, pelindung rakyat
miskin! Semoga Tuhan memberkahi Tuanku dengan umur panjang. Bukan nilai dari
koin tersebut yang hamba pungut, tetapi karena pada satu sisi koin tersebut
tertera tulisan pujian atas nama Tuhan, dan disisi lainnya tergambar wajah
Raja. Hamba takut bahwa seseorang, mungkin dengan tidak sengaja karena tidak
melihat koin tersebut, akan menginjaknya. Biarlah sang Raja yang menentukan
apakah yang saya lakukan ini pantas untuk dicela atau tidak.”
Jawaban tersebut membuat sang Raja sangat
senang tidak terhingga, dan memberikan lagi nelayan terseut sejumlah besar
uang. Dan kemarahan Ratu saat itu juga menjadi reda, dan dia menjadi sadar dan
melihat dengan ramah terhadap nelayan tersebut yang pergi dengan kantung yang
dimuati dengan uang.
A tale of King and Fishermen
Kingdom drained by the Tigris and Euphrates rivers ever in command by a king who was very fond of and love the fish.
One day he sat with Sherem, the Queen, in the palace garden directly opposite the river Tigris, which at that time spanned the ranks of a beautiful boat, and with an inquisitive look at the boats that glide, where in one boat sat a fishermen who have caught a big fish.
Realizing that the King watched, and knew that the King was very fond of a particular fish, the fisherman saluted the King and brought the boat skillfully ketepian, came and knelt at the King and begged the King to accept the fish as a gift. The King is very pleased with this, and ordered a large amount of money given to the fishermen.
But before fishermen are leaving the palace garden, the Queen turned to the King and said: "You've done something stupid." The King was surprised to hear the Queen say so and ask how can. The Queen replied:
"The news that you provide a large number of prizes for such a small gift would quickly spread throughout the kingdom and will be known as the gift of fishermen. All fishermen who might catch a big fish that will take him to the palace, and if they are not paid for the first fisherman, they will leave with a sense of dissatisfaction, and quietly going to talk bad about you among his friends. "
"You say true, and this opened my eyes," said the King, "but do not you see what it means to be king, if for that reason he pulled back a gift that has been given?" Then after feeling that the Queen was ready to argue with that , he turned angrily and said "This has been completed and do not talk anymore."
However, the following day, when the King's mind is happy, the Queen walked over and said that if the reason that the King can not take back a gift that has been given, he himself would arrange it. "You have to call the fisherman's back," he said, "and then ask, 'Is this fish male or female?' If she says a male, then you katankan that you want is a female fish, but when the fishermen say that fish is a female , you will respond by saying that you want a male fish. In this way we can adjust it properly. "
King argues that this is the best way to get out of trouble, and ordered that the fisherman had brought to him. When the fisherman, who turns out to be a very clever man, kneeling before the king, the king said to him: "O fisherman, tell me, the fish did you bring today is male or female?"
The fisherman replied, "Fish are not male and not female." At that time the King smiled a very clever answer, and to add to the aggravation Rau, the court ordered the treasurer to give some more money to the fishermen.
Then the fishermen keep the money in the pockets of his skin, thanks to the King, and shouldered the bag over his shoulder, hurried away, but not long after, he realized that he had dropped a small coin. By putting the bag back to the ground, he bent down and picked up the coin and returned to continue his journey, followed by the eye of King and Queen who oversees all of his actions.
"Look! how pelitnya him! "said Sherem, the Queen, is proud of his victory. "He actually lowered his pocket just to pick one small coin because maybe he would be greatly feel the loss just by thinking that the coin will be taken by one of the servants of King, or someone who is more poor, who need to buy a bread and a request that the king endowed with longevity. "
"Once again you speak the truth," replied the King, the Queen felt the truth of the comment; and once again the fishermen were brought to the palace overlooking. "Whether you are a human or beast?" The king asked him. "Although you may already be rich without having to work harder, but the stingy nature in you is not allowing you to leave a small coin to someone else." Then the King ordered the fishermen to go and did not show his face again in the city of his kingdom.
When the fishermen are kneeling at his feet and cried: "Hear servant, O king, the protector of the poor! May God bless my lord with longevity. Not the value of the coin is the servant picking up, but because on one side of the coin lettering praise the name of God, and the other side King drawn face. Servant of fear that someone, perhaps by accident because they do not see the coin, will be stepped on. Let the King that determines whether I did this deserves to reproach or not. "
That answer made the King very happy not infinite, and provide more fishing terseut large sums of money. And the Queen's anger was also quite neutral, and he became aware of and look kindly on those who go fishing with a bag loaded with money
Tidak ada komentar:
Posting Komentar