Selasa, 14 Agustus 2012

Dongeng Legenda Putri Runduk


Legenda Putri Runduk

 

Pada sekitar abad ke-7 Kerajaan Barus Raya memerintahlah seorang raja yang cukup ternama, Raja Jayadana. Kerajaan yang dibawahinya memasuki era Islam berpusat di Kota Guguk dan Kota Beriang dekat Kadai Gadang sekarang. Pada saat itu ada tiga kota besar di sana termasuk kota. Kerajaan Barus tengah berada di puncak kejayaannya., berkat hasil bumi yang melimpah ruahd an penghasil komoditi langka yang sangat dibutuhkan pada zamannya. Sebutlah itu kapur Barus Raya terdapat pelabuhan tertua di dunia yang menjadi salah satu pusat niaga internasional.
Terpenting dari segala kelebihan”ter” itu, raja Jayadana memiliki seorang permaisuri (Ratu) Puteri Runduk yang cantik jelita. Bersamaan dengan datangnya para saudagar dan pemerintahan negeri asing ke Barus semakin santerlah berita mengenai kecantikan sang Permaisuri. Beberapa raja yang terkesima mendengar beritanya kemudian hari berspekulasihendakmerebut Putei Runduk. Dan sudah tentu, untuk dapat memilikinya bukanlah hal mudah. Raja-raja yang kesemsem asmara antara lain, Raja Janggi dari Sudan, Afrika dan Raja Sanjaya dari kerajaan Mataram. Tentu belum terhitung para saudagar dan pelaut yang isi kantongnya hanya udang dan kepiting. Dua kerajaan besar di atas sampai menggelar kekuatan perang untuk mendapatkan dua kemungkinan : jatuhnya Kerajana Barus yang makmur berikut ratu nan cantk jelita. Tetapi satu orang dari antara mereka, Raja Cina datang memingan baik-baik.
Dalam gelar parade kekuatan ini, Raja Sanjaya dari Jawa berhasil memenangkan pertarungan. Raja Jayadana tewas dan istrinya Puteri Runduk berhasil ditawan. Dia terpaksa ditawan oleh karena tidak mau dipersunting secara baik-baik. Soalnya raja Sanjaya beragama Hindu sedangkan kerajaan Jayadan dikenal sebagai kerajaan Islam dan ini menjadi sesuatu yang prinsip. Maka lahirlah pantun :
Kota Guguk Kota Bariang
Ketiga kota di Muara
Ayam berkokok hari siang
Puteri Runduk ditawan Jawa
Tetapi rupanya diam-diam Raja Janggi menghimpun kekuatan dan menyerang pasukan Sanjaya secara membabi buta. Panik oleh karena pertempuran baru terjadi di wilayah Barus membuat kota Guguk dan pusat istana kerajaan porakporanda. Sementara Raja Janggi berhasil mempecundangi Raja Sanjaya, sekelompok pengawal setia yang tersisa dari istana kerajaan Jayadana bersama para dayang-dayang menyingkirkan Ratu Puteri Runduk dari kerajaan para diktator ke pulau Morsala. Dalam pelarian inilah peralatan yang dibawa rombongan Puteri Runduk berceberan sepanjang pulau-pulau, maka dinamailah pulau-pulau tersebut sesuai nama barang yang tercecer, antara lain : Pulau Situngkus, Pulau Lipat Kain, Pulau Terika, Pualu Puteri dan lain-lain.
Raja Janggi mengejar sampai ke Pulau Morsala dan ketika hendak mendekap ratu yang sudah di muka hiudng,Puteri Runduk memukulkan tongkat bertuah akar bahar (tongkat warisan RajaBarus) ke kepala Raja Janggi. Berikut pantunnya :
Pulau Puteri Pulau Penginang
Ketiga Pulau anak Janggi
Lapik putih bantal bermiang
Racun bermain dalam hati
Servisnya baik karena lapik putih, tapi sayang bantalnya bermiang, orang yang tidur jadi gatalan. Pantun lain pendukung menyebut, lebatlah hujan di Morsala/Kembanglah bunga para utan/bintang di langit punya salah/ombak di laut menanggungkan; pulau Talam Pulau tarika/ketiga pulau lipat kain/sauh putus pendarat patah/haluan berkesar ke jalan lain.
Dalam pengejaran yang tak putus-putus, si wanita lemah nan rupawan Puteri Runduk putus asa dan melompat ke laut…hilang tanpa bekas.
Salah satu pembantunya yang setia bernama Sikambang Bandahari seorang pemuda yang sehari-harinya dalam urusan rumah tangga kerajaan, anak nelayan miskin. Maka, merataplah Sikambang dengan sedihnya, meratap kehilangan majikan, menyesali tindakan bunuh diri sang permaisuri, menyesalsikap brutal raja-raja lalim, menyesali dirinya yang tak kuasa mempertahankan keselamatan Puteri Runduk. Ratapan Sikambang memanjang tak putus-putus, dari hari ke hari, ratapan legendaris yang menyinggung segala aspek, kemashuran, kejayaan, kedamaian sampai gambaran kecantikan puteri-puteri Barus dan sebagainya.
Kerajaan Islam Puteri Runduk pada jayanya kaya dengan seni dan budaya. Abad ke-7 M, masyarakat pesisir sudah memiliki kebudayaan sendiri, berikut keseniannya seperti serampang 12, bersanggu gadang, bakonde, berinai, mengasah gigi, turun air, berkambabodi, berkelambu kain kuning, berpayung kuning, bertabir langit-langit dan sebagainya.






Legend of Princess duck


At about the 7th century the kingdom of Barus Kingdom memerintahlah a king who was quite famous, King Jayadana. A subordinate kingdom entered the era of Islam based in the City and the City Beriang bottom scrapings near Kadai Tower now. At that time there were three major cities there, including the city. Barus kingdom was at the peak of glory., Thanks to the abundant agricultural produce ruahd an extremely rare commodity producers needed in his day. Call it Barus chalk Kingdom there is the oldest port in the world to become one of the centers of international commerce.

The most important of all the excess "ter", the king Jayadana have a consort (Queen's) daughter is beautiful duck. Along with the arrival of merchants and foreign governments to Barus santerlah more news about the beauty of the Empress. Some of the king who was amazed to hear the news later on berspekulasihendakmerebut Putei duck. And of course, to be able to have it is not easy. The kings who kesemsem romance among others, King Janggi from Sudan, Africa and the King Sanjaya of Mataram kingdom. Of course not counting the merchants and sailors who pockets just shrimp and crab. Two great empires at the top to hold the power of war to get two possibilities: the fall of the prosperous Kerajana following Barus nan cantk beauty queen. But one person from among them, the King of China came memingan fine.

In the title of this parade of power, the King of Java Sanjaya managed to win the fight. The king died and his wife Princess Jayadana duck successfully in captivity. He had been captured by refusing dipersunting nicely. Because the king Sanjaya Hindu kingdom while Jayadan known as the Islamic empire and it became something that principle. Thus was born the rhyme:

City of bottom scrapings City Bariang
The third city in Estuary
Cock crowed during the day
Daughter captive duck Java

But apparently the King Janggi secretly gather strength and strike forces blindly Sanjaya. Panic due to new fighting occurred in the bottom scrapings and Barus made the city center porakporanda royal palace. While King Janggi succeeded in defeating the King Sanjaya, the remaining group of loyal guards of the royal palace Jayadana with the Queen's ladies in waiting to get rid of duck daughter of the dictator to the island kingdom Morsala. In this breakout group brought equipment berceberan Princess duck along the islands, it dinamailah islands scattered by name goods, among others: Island Situngkus, Cloth Fold Island, Island Terika, Pualu Princess and others.

King Janggi Morsala catch up to the island and when they wanted to embrace the queen who was in advance hiudng, Princess duck hitting the root bahar magical wand (stick RajaBarus inheritance) to the head of King Janggi. Pantunnya following:

Island Princess Island Penginang
Third Island children Janggi
White mat pillow bermiang
Toxins play in the liver

Serve both as a white pedestal, but unfortunately bermiang pillow, the sleeper so gatalan. Another poem called supporters, lebatlah rain in Morsala / Kembanglah interest of the orangutan / got one star in the sky / sea waves pass; island Trays Island Tarika / third island of fabric folding / anchor broke broken lander / bow berkesar onto another road.

In pursuit of the never-ending, the beautiful daughter of a woman weak nan desperate duck and jump into the sea ... disappeared without a trace.

One of the loyal maid named Sikambang Bandahari a young man in the daily affairs of the royal household, the son of poor fishermen. Thus, Sikambang howl bitterly, lamenting lost employer, suicide regret the empress, menyesalsikap brutal tyrant kings, regretting that he was unable to maintain the safety of Princess duck. Lamentations Sikambang extends uninterruptedly, from day to day, legendary offensive lamentation all aspects, fame, glory, peace up a picture of beauty daughters Barus and so on.

Princess of the Islamic empire in its prime duck rich with art and culture. The 7th century AD, the coastal communities already have their own culture, arts such as serampang 12, bersanggu gadang, bakonde, berinai, sharpening teeth, down the water, berkambabodi, canopied yellow cloth, yellow umbrella, screened at the ceiling and so on.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar