Senin, 13 Agustus 2012

Dongeng Gadis Korek Api



Pada malam menjelang natal, malam sangat dingin, salju turun dengan deras dan angin berhembus dengan kencang. Ada seorang gadis kecil yang telah kehilangan mamanya. Karena untuk menghidupi papanya yang sedang sakit, tanpa memperdulikan badai salju, ia berjalan dijalan yang telah di tutupi salju, menjual korek api. Dan berteriak, “Korek api, siapa yang mau membeli korek api?”
Gadis itu tidak memiliki baju hangat. Dia memakai baju yang sudah kumal dan kepalanya di bungkus dengan sebuah syal yang sudah koyak. Kakinya hanya memakai sepasang sandal tua dan dia berteriak menjajakan korek apinya di jalan, tetapi tidak seorang pun yang menghiraukannya.
Semua orang sedang sibuk mempersiapkan kado natal dengan gembira. Sungguh kasihan gadis malang ini! Dia mempunyai banyak persediaan korek api di keranjangnya. Dan tangannya memegang beberapa batang korek api.
Hari menjelang siang, dia belum menjual sebatang pun korek apinya. Dalam keadaan lelah dan lapar, dia berjalan terus. Butiran salju jatuh di atas rambutnya yang berwarna keemasan. Setelah berjalan sampai di depan sebuah rumah yang mewah, dia berhenti dan melihat ke dalam rumah. Di dalam rumah, kelihatan sebuah pohon natal yang telah dihias dengan indah. Dia melihat seorang ibu yang sedang bermain dengan gembira dengan kedua anaknya. Di atas meja terlihat lilin warna-warni yang sedang menyala, ada yang berwarna hijau,merah, ungu dan putih. Dia paling suka melihat lilin yang berwarna merah karena warnanya sangat kontras di atas meja tersebut.
Melihat keadaan itu, dia teringat kepada nenek dan ibunya. Mereka berdua sangat menyayanginya, tetapi mereka berdua sudah meninggal. Memikirkan kenangan itu, gadis kecil ini menangis dengan sedih. Sambil menangis, gadis kecil ini berjalan di sebuah jalan yang besar, tiba-tiba sebuah kereta kuda lewat dan hampir melanggar dia. Karena kereta kuda melintas dengan cepat, sehingga menyebabkan percikan lumpur mengenai baju gadis malang ini dan sandal gadis ini juga hilang. Dengan kaki telanjang, dia berjalan di atas salju dan berteriak, “Korek api, siapa yang mau beli korek api.”
Sore telah tiba, sepasang kaki gadis kecil ini kedinginan sampai berwarna biru. Di sepanjang jalan tercium wewangian daging panggang. “Wah, sungguh enak jadi orang kaya, mereka sedang mempersiapkan perayaan natal.” Pikir gadis malang ini.
Akhirnya, dia sudah tidak kuat berjalan. Badannya yang lelah menyandar dinding di sebuah pertokoan. Dia tidak berani pulang ke rumah karena belum ada sebatang pun korek api yang terjual. Di rumahnya juga sangat dingin, karena dari segala arah angin dapat memasuki rumahnya yang sudah reyot.
Dia sudah kedinginan sampai tubuhnya gemetaran. Dia sangat ingin menghangatkan tubuhnya walaupun hanya sebentar saja dengan sebatang korek api. Tangannya yang kecil juga, sudah hampir membeku. Sungguh sangat dingin, dia memutuskan untuk menyalakan sebatang korek api, menghangatkan tangannya yang sedang membeku.
“Sessstt,” korek api menyala. Dia merasakan sebuah kehangatan menyelimutinya. Nyala korek api menyilaukan, sambil melamun dia membayangkan dirinya duduk di dekat sebuah tungku api. Nyala api terlihat sangat cantik dan terasa hangat. Kemudian dia bermaksud menjulurkan kedua kakinya dekat ke nyala api, tetapi nyala tersebut dengan cepat sudah padam. Tungku api hilang dari pandangannya. Dia terbangun dari lamunannya dan melihat hanya tinggal bekas sebatang korek api yang sudah habis terbakar di tangannya.
Kemudian dia menyalakan sebatang lagi. Korek api menyala, mengeluarkan cahaya yang terang. Nyala korek api memantul di dinding. Bagaikan ilusi dia melihat sebuah ruaangan. Di dalam ruangan itu terlihat sebuah meja makan. Di atas meja makan ada roti yang lezat dan daging panggang yang harum. Dia melihat daging panggang ini melompat dari piring dan berjalan menuju ke arah gadis malang ini. Dia menjulurkan tangannya untuk mengambilnya, korek api segera redup, tangannya hanya meraba dinding yang dingin.
Dia menyalakan sebatang lagi korek api. Nyala korek api berubah menjadi sekuntum cahaya yang berwarna merah jambu. Dia merasa dirinya duduk di bawah sebuah pohon natal besar yang cantik, lebih cantik dari pohon natal yang di lihatnya tadi siang. Di atas dahannya terdapat ribuan batang lilin kecil yang cantik sedang menyala. Gadis malang ini menjulurkan tangannya, korek api padam lagi. Ribuan batang lilin berubah menjadi bintang-bintang kecil yang terang di langit. Di antara bintang-bintang itu, ada sebuah bintang yang jatuh ke bumi dan berubah menjadi sebuah cahaya yang memanjang.
Dia menyalakan lagi sebatang korek api. Ah, di nyala api ini, dia melihat neneknya yang di rindukan setiap hari. Dia melompat ke pelukan neneknya. “Nenek !” teriak gadis kecil ini. “Tolong bawa saya pergi, nenek! Ke tempat yang tidak dingin dan banyak makanan. Saya tahu, begitu korek api ini padam, engkau sudah tidak kelihatan, seperti tungku api itu, daging panggang yang wangi dan pohon natal yang indah, saya akan kehilangan semuanya.”
Akhirnya, gadis malang ini menyalakan semua korek api yang tersisa, karena dia sangat ingin menahan neneknya di sini terus. Nyala korek api semakin terang. Seperti di siang hari, dia melihat neneknya dengan penuh kasih sayang mengangkat dia kepelukannya. Mereka berdua terbang makin lama makin tinggi. Terbang ke sebuah tempat yang hangat dan tidak akan merasa kelaparan lagi.
Pada keesokan harinya, natal telah tiba. Orang-orang di sekitar pertokoan melihat gadis malang ini sedang bersandar ke dinding. Dengan wajah kemerahan dan senyuman yang terlihat sangat bahagia, tetapi dia sudah meninggal, meninggal di malam menjelang natal dan ditangannya masih tergenggam korek api yang telah terbakar.



Matches girl

On Christmas eve, the night is very cold, heavy snow fell and the wind blows hard. There was a little girl who has lost his mama. Due to support her father who is sick, regardless of the snow storm, he walked the street who has been in the snow cover, selling matches. And shouted, "Matches, who wants to buy a match?"
The girl did not have warm clothes. He wore shabby clothes and his head was wrapped with a scarf that has been torn. His legs wearing only a pair of old slippers, and he shouted out the match on the street peddling, but no one notice of him.
Everyone is busy preparing Christmas gifts with joy. Really sorry for this poor girl! He has a large supply of matches in the basket. And her hand holds a matchstick.
Days before noon, he has not sold even a match flame. Tired and hungry, he goes on. Snowflakes fell on top of golden hair. After walking up in front of a luxurious house, he stopped and looked into the house. Inside the house, looks a Christmas tree that has been beautifully decorated. He saw a mother who was playing happily with her two children. On the table looks colorful candles are lit, there are colored green, red, purple and white. He liked seeing the red wax because the color contrasts on the table.
Seeing the situation, he remembered the grandmother and mother. They both loved her dearly, but they both had died. Thinking of those memories, the little girl wept bitterly. While crying, the little girl walking on a major road, suddenly a chariot through and nearly breaking him. Because the horse-drawn carriage passing rapidly, thus causing a splash mud on her shirt and sandals this poor girl is also missing. With bare feet, he walked in the snow and shouting, "Matches, who would want to buy matches."
Evening has come, this little girl a pair of legs chilled to blue. Along the way fragrances smell the roast. "Wow, really nice to be rich, they are preparing the celebration of Christmas." Think of this poor girl.
Finally, he was not strong run. Her body is tired of leaning on the wall of a shopping center. He did not dare go home because there is no bar of any lighters sold. In his house is also very cold, because of all the wind can enter the already rickety house.
He was cold to her body trembling. He really wanted to warm his body even though only briefly with a match. Her hands are small too, was almost frozen. It was very cold, he decided to light a match, warming his hands are freezing.
"Sessstt," lit a match. He felt a warm blanket. Blinding flame lighters, dreamily he imagined himself sitting near a stove fire. The flames look very beautiful and warm. Then he stretched his legs intends close to a flame, but the flame was extinguished quickly. Furnaces disappeared from view. She awoke from her reverie and saw only the former a match that has been burned in his hand.
Then he lit again. A match is lit, the bright light issue. Flame lighters bouncing on the wall. Like the illusion he saw a room In the room that looks a dining table. Above the dining table there is a delicious bread and roasted meats are fragrant. He sees this roast beef jumped off the plate and walked towards the direction of this poor girl. He stuck out his hand to pick it up, lighters immediately faint, his hand just touching the cold walls.
He lit another match. Flame of the match turned into a flower of light pink. She felt herself sitting under a large Christmas tree is beautiful, more beautiful than a Christmas tree that saw him this afternoon. On top of its branches there are thousands of beautiful little candles being lit. This poor girl stuck out her hand, matches went out again. Thousands of candles turn into small stars are bright in the sky. Among the stars, there is a star that fell to earth and turned into an elongated light.
He lit a match again. Ah, in this flame, he saw his grandmother in missed every day. He jumped into the arms of her grandmother. "Grandmother," cried the little girl. "Please take me away, grandma! To a place that is not cold and lots of food. I know, so this match goes out, you have not seen, like the furnace of fire, the scent of grilled meat and a beautiful Christmas tree, I will lose everything. "
Eventually, this poor girl turned on all the remaining matches, because he is very keen to keep her grandmother here continues. The bright flame of a match. As in the daytime, he saw his grandmother lovingly raised him kepelukannya. They both flew higher and higher. Fly to a warm place and will not feel hungry anymore.
The next day, Christmas has arrived. People around the mall to see this poor girl was leaning against the wall. With a flushed face and a smile that looks very happy, but he was dead, died on Christmas eve and still clutched in his hand which had been burnt matchsticks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar